3 ANAK TIDAK BERBAKTI
Suatu hari seorang
sahabat pergi ke rumah orang jompo atau lebih terkenal dengan sebutan panti
werdha bersama dengan teman-temannya. Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih
banyak mengenal bahwa akan lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada
orang-orang yang kesepian dalam hidupnya.
Ketika dia sedang
berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata sang sahabat tertumpu
pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan
tatapan kosong. Lalu sang sahabat mencoba mendekati opa itu dan mencoba
mengajaknya berbicara.
Perlahan tapi pasti
sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa menceritakan
kisah hidupnya.
Si opa memulai cerita
tentang hidupnya sambil menghela napas panjang. Sejak masa muda saya
menghabiskan waktu saya untuk terus mencari usaha yang baik untuk keluarga
saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya
mencapai puncaknya dimana kami bisa tinggal dirumah yang sangat besar dengan
segala fasilitas yang sangat bagus.
Demikian pula dengan
anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai keluar negeri dengan biaya
yang tidak pernah saya batasi. Apapun keinginan Anak saya, saya usahakan agar
terpenuhi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan
juga dalam berkeluarga.
Tibalah dimana kami
sebagai orangtua merasa sudah saatnya pensiun dan menuai hasil panen kami.
Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya dari sejak saya
memulai kehidupan ini meninggal dunia karena sakit yang sangat mendadak. Lalu
Sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami
karena anak-anak kami semua tidak ada yg mau menemani saya karena mereka sudah
mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi orang
yang mau menemani saya setiap saat saya memerlukan nya.
Tidak sebulan sekali
anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu
tiba-tiba anak sulung saya datang dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah
karena selain tidak effisien juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan
hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan
rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di
dalamnya.Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung.
Tapi apa yang saya
dapatkan ? setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalaupun mereka ada di
rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya
pembantu yang memberi. Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka
meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit2an.
Lalu saya tinggal
dirumah anak saya yang lain.Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita
didalamnya,tapi rupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat untuk
saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan dari kayu dengan
alasan untuk keselamatan saya tapi sebetulnya mereka sayang dan takut kalau
saya memecahkan alat-alat mereka yang mahal-mahal itu. Setiap hari saya makan
dan minum dari alat-alat kayu atau plastik yang sama dengan yang mereka
sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan
minum sambil mengucurkan airmata dan bertanya dimanakah hati nurani mereka?
Akhirnya saya tinggal
dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu sangat saya kasihi melebihi yang
lain karena dia dulu adalah seorang anak yang sangat memberikan kesukacitaan
pada kami semua. Tapi apa yang saya dapatkan? Setelah beberapa lama saya
tinggal disana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya lalu mengatakan
bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal di panti jompo dengan alasan
supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu
mengunjungi saya.
Sekarang sudah 2 tahun
saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang datang untuk mengunjungi saya
apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilanglah semua harapan saya tentang
anak-anak yang saya besarkan dengan segala kasih sayang dan kucuran keringat.
Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua saya demikian menyedihkan padahal
saya bukanlah orangtua yang menyusahkan, semua harta saya mereka ambil. Saya
hanya minta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri
sendiri.
Kadang saya menyesali
diri mengapa saya bisa mendapatkan anak-anak yang demikian buruk. Masih untung
disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat - sahabat yang
mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya.
Sejak itu sang sahabat
selalu menyempatkan diri untuk datang kesana dan berbicara dengan sang opa. Lambat
laun tapi pasti kesepian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi
kalau sekali-sekali sang sahabat membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.
Sampai hatikah kita
membiarkan para orangtua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua
kesibukan hidup kita. Bukankah suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua
dan kesepian ? Ingatlah bahwa tanpa Ayah dan Ibu, kita tidak akan ada di dunia
dan menjadi seperti ini.
Jika kamu masih
mempunyai orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan
kasih sayang orang tua.
By:
Rony