Amalan Yang Dianjurkan di Bulan Muharram
Sebagaimana telah disebutkan di atas dari perkataan Qatadah rahimahulloh
bahwa amalan sholeh dilipatgandakan pahalanya di bulan-bulan haram, dengan
demikian secara umum segala jenis kebaikan dianjurkan untuk diperbanyak dan
ditingkatkan kualitasnya di bulan Muharram. Adapun ibadah yang dianjurkan
secara khusus pada bulan ini adalah memperbanyak puasa sunnah sebagaimana
yang telah disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
radhiyallohu ‘anhu, beliau berkata Rasulullah shallallohu alaihi wasallam
bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ
اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ
اللَّيْلِ
“Puasa yang paling
utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram dan shalat
yang paling utama setelah puasa wajib adalah sholat lail” [ HR. Muslim(11630) ]
Mulla Al Qari’ menyebutkan bahwa hadits di atas sebagai dalil anjuran
berpuasa di seluruh hari bulan Muharram. Namun ada satu masalah yang kadang
ditanyakan berkaitan dengan hadits ini yaitu, ‘Bagaimana memadukan antara
hadits ini dengan hadits yang menyebutkan bahwa Nabi shallallohu alaihi
wasallam memperbanyak puasa di bulan Sya’ban bukan di bulan Muharram? Imam
Nawawi rahimahullah telah menjawab pertanyaan ini, beliau mengatakan
boleh jadi Rasulullah shallallohu alaihi wasallam belum mengetahui
keutamaan puasa Muharram kecuali di akhir hayat beliau atau mungkin ada saja
beberapa udzur yang menghalangi beliau untuk memperbanyak berpuasa di bulan
Muharram seperti beliau mengadakan safar atau sakit. [Lihat Al Minhaj Syarah
Shohih Muslim bin Hajjaj]
Kemudian anjuran berpuasa di bulan Muharram ini lebih dikhususkan dan
ditekankan hukumnya pada hari yang dikenal dengan istilah Yaumul 'Asyuro,
yaitu pada tanggal sepuluh bulan ini. ‘Asyuro berasal dari kata ‘Asyarah yang
berarti sepuluh. Pada hari ‘Asyuro ini, Rasulullah shallahu alaihi wasallam
mengajarkan kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan
kepada Allah Ta’ala yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro.
Beberapa Pelanggaran dan Bid’ah Yang Sering Terjadi di
Bulan Muharram
1. Pada awal Muharram, yang kadang dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang mengarah bahkan telah terjatuh pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya. Sebagian lagi dari kaum muslimin menjadikan bulan Muharram sebagai bulan yang keramat dan sakral, sehingga menurut keyakinan mereka tidak boleh mengadakan hajatan besar di bulan tersebut seperti pernikahan, membangun rumah dan lain-lain. Di sisi lain ada juga di kalangan kaum muslimin menjadikan hari ‘Asyuro seperti layaknya hari lebaran, dimana mereka memperbanyak belanja dapur pada hari tersebut seakan-akan mengadakan pesta atau berhari raya. Sehingga di hari itu dikenal berbagai macam model makanan yang dinamakan secara khusus dengan ‘Asyuro seperti bubur ‘Asyuro. Perbuatan mereka ini didasari hadits yang diriwayatkan:
1. Pada awal Muharram, yang kadang dikenal dengan istilah 1 Suro, di tanah air sering diadakan acara ritual dan adat yang beraneka macam bahkan tidak jarang mengarah bahkan telah terjatuh pada kesyirikan, seperti meminta berkah pada benda-benda yang dianggap keramat dan sakti, membuang sesajian ke laut agar Sang Dewi penjaga laut tidak marah dan lain sebagainya. Sebagian lagi dari kaum muslimin menjadikan bulan Muharram sebagai bulan yang keramat dan sakral, sehingga menurut keyakinan mereka tidak boleh mengadakan hajatan besar di bulan tersebut seperti pernikahan, membangun rumah dan lain-lain. Di sisi lain ada juga di kalangan kaum muslimin menjadikan hari ‘Asyuro seperti layaknya hari lebaran, dimana mereka memperbanyak belanja dapur pada hari tersebut seakan-akan mengadakan pesta atau berhari raya. Sehingga di hari itu dikenal berbagai macam model makanan yang dinamakan secara khusus dengan ‘Asyuro seperti bubur ‘Asyuro. Perbuatan mereka ini didasari hadits yang diriwayatkan:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ في يَوْمِ
عَاشُورَاءَ وَسَّعَ الله عَلَيْهِ في سَنَتِهِ كُلِّهَا
“Barangsiapa yang melapangkan (nafkah)
kepada keluarganya pada hari ‘Asyura, niscaya Allah akan melapangkan (rizkinya)
selama setahun itu” [ HR. Thobrani(10007) dan Baihaqi di kitab Syu’abul
Iman (3792) ]
Hadits ini
telah dilemahkan oleh banyak ulama hadits, bahkan ada yang menghukuminya
sebagai hadits palsu. Imam Ahmad mengatakan bahwa hadits ini tidak memiliki
asal, silakan lihat kitab Al Maudhu’at oleh ibnul Jauzi, Ahadits Al Qushshash
oleh Ibnu Taimiyah dan Al Fawaid Al Majmu’ah oleh Syaukani
Hal-hal yang
telah disebutkan di atas dari kemungkaran-kemungkaran yang biasda terjadi di
bulan Muharram harus dihindari
oleh setiap muslim dimanapun mereka berada
karena
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah mengajarkan pada kita agar memiliki jati diri sebagai seorang Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh budaya atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah ‘Azza wa Jalla. Ajaran yang dibawa Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau menguranginya.
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah mengajarkan pada kita agar memiliki jati diri sebagai seorang Muslim dalam kehidupan. Jangan sampai seorang muslim mudah terbawa oleh budaya atau ritual agama lain dalam menjalankan ibadah pada Allah ‘Azza wa Jalla. Ajaran yang dibawa Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah jelas dan sempurna tidak layak bagi kita untuk menambah atau menguranginya.
Karena sebaik-baik pedoman adalah
kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk beliau, yang tidak ada
keselamatan kecuali dengan berpegang kepada keduanya dengan mengikuti pemahaman
para sahabat, tabi'in dan penerus mereka yang setia berpegang kepada sunnahnya
dan meniti jalannya, adapun hal-hal baru dalam masalah agama adalah sesat
sedangkan kesesatan itu akan menghantarkan ke neraka, wal'iyadzubillah.
2. Pada tanggal 10
Muharram 61 H, terjadilah tragedi berdarah yang memilukan dalam sejarah
Islam, yaitu terbunuhnya Husein radhiyallohu anhu cucu Rasulullah shallallohu
alaihi wasallam di sebuah tempat yang bernama Karbala. Peristiwa ini
kemudian dikenal dengan “Peristiwa Karbala”. Pembunuhan tersebut dilakukan oleh
pendukung Khalifah yang sedang berkuasa pada saat itu yaitu Yazid bin
Mu’awiyah, meskipun sebenarnya Khalifah sendiri saat itu tidak menghendaki
pembunuhan tersebut.
Karena peristiwa berdarah ini maka kaum Syi’ah yang mengklaim diri mereka
sebagai pengikut ahlul bait menjadikan ‘Asyura sebagai hari berkabung, duka
cita dan menyiksa diri sebagai ungkapan dari kesedihan dan penyesalan. Pada
setiap ‘Asyura kaum Syi’ah di seluruh dunia termasuk di negeri kita
memperingati kematian Husein radhiyallohu ‘anhu dengan melakukan
perbuatan-perbuatan tercela seperti berkumpul, menangis, meratapi Husein
secara secara histeris, memukuli tubuh dan wajah mereka, bahkan ada yang
sampai tega melukai diri dan anak-anak kecil dengan senjata tajam pada hari
tersebut.
Peristiwa wafatnya Husain radhiyallohu anhu memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang mengenang atau membaca kisahnya, dan kita tentu mencintai keluarga Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, apalagi terhadap orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah shallallohu alaihi wasallam. Namun musibah apapun yang terjadi dan betapapun kita sangat , hal itu jangan sampai membawa kita larut dalam kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka dengan yang memukul-mukul diri, menangis apalagi sampai mencela shahabat Rasulullah yang tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok Syi'ah yang mengaku memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), pdahal kenyataanya tidak demikian. Meratapi musibah kematian diharamkan, siapapun yang meninggal dunia bahkan kepada Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun kita dilarang memperingati dan meratapi wafat beliau. Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda,
Peristiwa wafatnya Husain radhiyallohu anhu memang sangat tragis dan memilukan bagi siapa saja yang mengenang atau membaca kisahnya, dan kita tentu mencintai keluarga Rasulullah shallallohu alaihi wasallam, apalagi terhadap orang yang sangat dicintai oleh Rasulullah shallallohu alaihi wasallam. Namun musibah apapun yang terjadi dan betapapun kita sangat , hal itu jangan sampai membawa kita larut dalam kesedihan dan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai bentuk duka dengan yang memukul-mukul diri, menangis apalagi sampai mencela shahabat Rasulullah yang tidak termasuk Ahli Bait (keluarga dan keturunan beliau). Yang mana hal ini biasa dilakukan suatu kelompok Syi'ah yang mengaku memiliki kecintaan yang sangat tinggi terhadap Ahli Bait (Keluarga Rasulullah), pdahal kenyataanya tidak demikian. Meratapi musibah kematian diharamkan, siapapun yang meninggal dunia bahkan kepada Rasulullah shallallohu alaihi wasallam pun kita dilarang memperingati dan meratapi wafat beliau. Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda,
أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ
الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي
الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ وَقَالَ
النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ
“Ada empat perkara yang terdapat pada ummatku
termasuk, termasuk perbuatan kaum Jahiliyyah yang belum mereka tinggalkan:
Menyombongkan kebangsawanan, mencela nasab, meminta hujan dengan
bintang-bintang dan meratap”. Beliau berkata, “Orang yang meratapi
kematian jika dia belum taubat sebelum meninggal dunia maka akan
dibangkitkan pada hari kiamat dengan berpakaian hitam yang terbuat dari ter dan
baju besi yang berkudis” (HR. Muslim(1550) dari sahabat Abu Malik Al
Asy’ari radhiyallohu anhu)
Khatimah
Inilah pembahan ringkas dan sederhana berkaitan dengan bulan suci nan agung Muharram, semoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah subhanahu wata’ala ke jalan-Nya yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunan-Nya, dan dimudahkan dalam menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallohu alaihi wasallam di segala tempat dan di sepanjang waktu serta dijauhkan dari segala bid’ah dan hal-hal yang bertentangan dengan syariat yang suci ini, amin ya rabbal'alamin.
Wallohu Waliyyut Taufiq.
Inilah pembahan ringkas dan sederhana berkaitan dengan bulan suci nan agung Muharram, semoga kita selalu diberi taufiq dan dibimbing oleh Allah subhanahu wata’ala ke jalan-Nya yang lurus serta mendapatkan keridhaan dan ampunan-Nya, dan dimudahkan dalam menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah shallallohu alaihi wasallam di segala tempat dan di sepanjang waktu serta dijauhkan dari segala bid’ah dan hal-hal yang bertentangan dengan syariat yang suci ini, amin ya rabbal'alamin.
Wallohu Waliyyut Taufiq.
By:
Kang Aaf