Adakah Yang Lebih Patut Menjadi Idola
Selain Nabi Muhammad SAW?
Semua manusia pasti selalu merasa
memilki kekurangan. Oleh karena itu, banyak orang mengidolakan sesuatu karena
mereka melihat kelebihan dari idolanya itu. Kelebihan itu bisa berupa kecantikan,
kekayaan, ketampanan, kepandaian, dan lain sebagainya. Mereka berharap bisa
menjadi seperti orang yang diidolakannya, dengan mengikuti perilakunya, gaya
hidupnya, bahkan penampilannya. Jika mereka memperoleh berita yang tidak
menyenangkan tentang keburukan idolanya, mereka hanya mengelak dengan mengatakan
bahwa itu gosip yang belum pasti kebenarannya.
Bagaimana dengan mengidolakan
Rasulullah? Rasulullah, adalah tokoh yang segala sisi kehidupannya telah
diriwayatkan, bahkan hal yang sangat privasi sekalipun, dimana banyak hal yang
sangat pantas dijadikan teladan. Allah pun memujinya dalam surat Al Qalam ayat
4,sebagai berikut “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung”. Jadi sangatlah pantas kita mengidolakan orang yang Allah pun
telah memujinya.
Namun realita saat ini sangat menyedihkan.
Dapat kita lihat program-program televisi yang menayangkan pertemuan fans
dengan idolanya, dimana mereka begitu mengagung-agungkan idolanya, rela
melakukan hal apa saja untuk dapat bertemu dengan idolanya, bahkan meniru gaya
penampilannya. Bagaimana dengan mengingat Allah dan Rasul-Nya? Mereka lebih mengikuti
seruan idolanya dan mengesampingkan seruan Allah dan RasulNya. Salah satu contohnya
adalah menunda sholat saat adzan tiba, demi mengikuti tayangan televisi yang
sedang menayangkan idolanya, menghambur-hamburkan uang untuk menonton konser
musik, membeli barang-barang untuk meniru tokoh idolanya, bahkan sampai
mengikuti gaya hidupnya. Bagaimana dengan berdzikir, beribadah, bershalawat, mengikuti
kajian-kajian, bersedekah? Jangan berfikir mereka yang diidolakan itu akan
dapat menolong di hari kiamat kelak, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat
166-167 sebagai berikut, “(Yaitu ) ketika orang-orang yang diikuti itu
berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat
siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus. Dan
berkatalah orang-orang yang mengikuti: ”Seandainya kami dapat kembali (
ke dunia ), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana ( pada hari ini
) mereka berlepas diri dari kami…”. Beda halnya dengan Rasulullah
yang merupakan orang yang telah dijamin masuk surga.
Sangat memalukan saat umat Islam
ditanya siapakah idolanya, dan jawabannya bukanlah Rasulullah SAW. Sedangkan
diluar sana, banyak orang-orang non-muslim yang telah mengidolakan Rasulullah
dan mengakui kehebatannya. Contohnya adalah Michael H. Hart yang telah menulis
buku Seratus Tokoh Paling Berpengaruh dalam Sejarah, dimana dia telah
menjadikan Rasulullah sebagai tokoh nomer satu mengungguli Isaac Newton (1642-1727),
Nabi Isa (6 SM-30 M), Buddha (563-483 SM), Kong Hu-Chu (551-479 SM), dan tokoh-tokoh
dunia lainnya. Beberapa tokoh non-muslim lain yang mengidolakan Rasulullah
adalah kaisar terbesar Prancis, Napoleon Bonparte (1769-1821), ia mengidolakan
kehebatan Rasulullah SAW, sebagai seorang Panglima Perang. Demikian pula Johan
Wolfgang von Goethe (1749-1832), pujangga kenamaan asal Jerman, ia mengidolakan
Rasulullah SAW, karena kemuliaan akhlaknya. Juga ilmuwan sekaliber Annemarie
Schimmel (1922-2003), ia mengidolakan Rasulullah karena kesalehannya. Bahkan
orang-orang Quraisy jaman dahulupun mengakui akhlak beliau yang sangat jujur,
terbukti dengan banyaknya orang-orang yang menitipkan barang kepada beliau saat
berpergian.
Ada banyak alasan mengapa Rasulullah
pantas dijadikan idola.
Pertama, mengidolakan Rasulullah adalah
wajib bagi umat Islam, karena merupakan rukun iman yang keempat. Allah-pun
berjanji untuk mempertemukannya di akhirat kelak, dimana Rasulullah telah
dijamin masuk surga, seperti dalam surat An-Nisa’ ayat 69 sebagai berikut“Dan
barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi,
para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
Alasan lainnya Rasulullah manusia
paling sempurna, dalam sisi manapun; Fisik dan kejiwaan, mental dan spiritual,
fikir dan dzikir. Dari segi fisik beliau sangat ganteng, badannya atletis,
proposional, tegap, harum. Dari segi intelektual, pemikirannya hebat, keputusannya
akurat, strateginya brilian, dan ahli bidang bisnis maupun pemerintahan. Dari
segi akhlak, beliau adalah manusia paling dermawan, penyabar, ahli syukur,
pemaaf, ahli ibadah, sampai kakinya bengkak karena lama mendirikan sholat. Ali
bin Abu Thalib ra, bercerita “Akhlak Rasulullah SAW, mudah dicontoh, ramah,
tidak kasar, tidak keras, tidak suka menyindir, tidak berkata kotor,
tidak suka mencela, tidak suka main-main, dan cepat melupakan apa yang
tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkannya, tidak pernah putus
harapan kepadanya. Beliau tidak suka mengecewakan. Beliau meninggalkan tiga hal
untuk manusia, yaitu beliau tidak pernah mencela seseorang dan tidak pernah menghinanya,
tidak pernah membuka rahasia seseorang, dan tidak berbicara kecuali dalam
hal-hal yang mendatangkan pahala. Jika beliau berbicara, pendengarnya
diam dan tenang, jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka
tidak pernah bersilat lidah di sisi beliau. Beliau tertawa pada hal yang
membuat mereka tertawa dan beliau bersabar terhadap orang asing atas
kekasaran pembicaraan dan permintaannya, walau para sahabatnya menjawab dengan
kasar pula. Beliau bersabda, Jika kalian melihat orang yang memerlukan bantuan,
bantulah. Jangan menerima pujian kecuali dari hal yang pantas dan jangan
memotong pembicaraan seseorang sampai ia mengizinkan”(HR. Ath
Thabrani).
Cerita lainnya adalah kemuliaan beliau
yang sering dilempari kotoran oleh orang yang membencinya, tetapi Rasulullah
membalasnya dengan mendo’akan kebaikan untuknya. Rasulullah sangat menyayangi
umatnya, bahkan saat menjelang ajalnya, yang beliau ingat hanyalah berdoa untuk
umatnya, yaitu dengan mengucapkan “ummati,
ummati, ummati” Begitu banyak hal yang patut dijadikan alasan untuk
menjadikan Rasulullah sebagai idola. Namun, tidak hanya dibibir saja menjadikan
Rasulullah sebagai idola, kita harus dapat menjadikannya contoh dalam
berperilaku sehari-hari. Kita dapat mengetahuinya melalui buku-buku shiroh Rasulullah.
Banyak orang Islam mengaku mengidolakan Rasulullah tetapi masih berperilaku
kasar, suka marah-marah, tidak sabar, dan lain sebagainya. Sebaiknya hal ini bisa
dijadikan introspeksi diri dan motivasi kita untuk selalu memperbaiki tingkah laku
dan akhlak kita dengan meneladani Rasulullah Saw.
Oleh: M. Rofi’i
“Mahasiswa STAIS Bangkalan, PBA V”