Hadiah
terakhir di hari ultahku
Gemerlap nya bintang yang bertabuaran
menghiasi langit di awal malam yang tampak indah dengan sinar cahyanya, namun,
keindahan itu tak senasib dengan perasaan hati yang tengah kurasakan sa’at
ini, terpaku dalam larutan sepi menyapa hari-hari.
Hidup yang kujalani
bagai jalannya ombak yang mencabik-cabik air laut, seakan ku tak pernah
merasakan kebahagiaan dalam kehidupan, tangisan slalu menemani hari hariku, yang
semuanya hilang tiada bekas saat taburan senyum dan canda tawa aku persembahkan
bersama roy di dalam kebersamaan dengannya. Tasya afkarina adalah nama yang ku
sandang sejak aku dilahirkan, yang berstatus sebagai murid kelas XI sma, menjadis
gadis yang hidup tanpa dampingan dari sang bunda.
Fajar menyapaku dengan senyum kecerahan
yang kubalas dengan senyum indah yang terwakili oleh ketenangan hati menyesuaikan
dengan suasana sang fajar. Bergegas ku berangkat sekolah dengan jemputan Roy.
“Tasya, ayo kita berangkat” roy
memanggilku dari kejauhan.
“Iya roy,” Tanpa banyak banyak bicara
lansung ku iyakan ajakan dari roy.
“Oiya sya besok kan pertemuan antara guru
dan wali murid, ayah kamu mau datang nggak?” roy bertanya.
“Gak tau juga roy, aku masih belum bilang
sama ayah aku kalau besok ada pertemuan wali murid, nanti habis sekolah insya alloh aku akan
bilang sama beliau. “
Di tengah percakapan ku
dengan roy datanglah bayangan bunda yang begitu tampak di depan mata,
perbincangan ku dengan roy mengantarkan aku akan ingat pada ibunda, yang memang
pertemuan itu adalah pertemun ibu dari semua siswa di sekolah, rasa ingin
berjumpa dan ingin memandang wajah bunda begitu besar dalam dada,walau hanya
bisa di katakan sebagai hayalan yang tak mungkin dapat terwujudkan. Namun
kehadirannya sangat kuinginkan dalam hidupku, yang sampai saat ini tiada pernah
terwujudkan walau hanya dalam mimpi yang sekejap saja.
Kasih sayang bunda tak
sepenuhnya kurasakan sejak aku berumur 3 ahun hingga menginjak 17 tahun angka
umurku, kepergiaanya dari kehidupannku begitu menyakitkan, dan menjadikan hati
selama ini selalu tersiksa.
Pagi perkumpulan wali
murid kini telah datang namun kusengaja
tak mengatakan sesuatu terhadap ayah tentang adanya hal itu, kegundahan dalam
hati terasa berat karna kehidupanku tanpa di dampingi oleh seorang ibunda. Ku
tak datang akan acara pertemuan itu menyendiri tak ingin ada yang tau tentang
kesedihannku mengingat bunda.
Tanpa terfikirkan olehku
roy mencari ku tak kunjung juga di temukannya aku hingga memaksanya untuk
bertanya langsung terhadap ayah, hingga akhirnya ayah datang kesekolah dengan
wajah tak menentu karna saking terkejutnya kalau aku tidak mengikuti pertemuan
wali murid dan tidak memberi tahunya akan hal itu. Ayah marah besar padaku.
“ Tasya, kenapa kamu tidak datang di acara
itu” Tanya ayah dengan nada marah yang memaksa Butiran-butiran air mata jatuh
membasahi pipi. dengan suara berdesak
aku menjawab.
“ Maaf
ayah, Tasya gak bemaksud mengecewakan Ayah, Tasya hanya takut mengganggu
kesibukan ayah lagi pula acara itu hari
harus di hadiri oleh ibu dari setiap siswa, sedang ibunda tiada di samping
kita,”
Terdiam ayah meneteskan air mata saat
mendengar keluhanku tentang tetiadaan bunda bagiku.
dan ayah meminta untuk menghentikan
perkataanku tentang karna tak ini mendengar lagi tentang ibu. Usai pertemuan wali
murid aku pulang bersama ayah, sesampainya di rumah aku langsung masuk ke dalam
kamar untuk menulis semua keluhanku tentang ibu di buku diary ku.
12-01-2010
13:34 WIB.
Hari ini semua terasa
begitu jelas tentang kekurangan akan kebahagiaan dalaam hidupku, harta tiada
berharga jika di bandingkn dengan hadirnya sang ibunda di samping kita. Hidup
besama ayah memanglah tiada kekuangan dalam hidupku, tapi adanya bunda memang
slalu ku harapkan, walau kasih sayang ayah tiada perbedaan dengan ibu, akankah
aku sanggup melanjutkan hidup?
‘ Tasya,…..” ayah memanggilku di saat ku
mecurahkan isi hati di kamar, dan langsung aku mendatanginya.
“ Iya ayah ada apa”
“ Nggak sayang, ayah cuma ingin tau,
tasya ingin minta hadiah apa pada ayah di hari ulang tahunmu nanti.?
“ Nggak ayah, tasya gak ingin minta
sesuatu pada ayah. Aku hanya ingin bertemukan dengan ibu, aku ingin memandang
wajah nya ayah,.”
Mendengar permintaanku
ayah pergi tanpa merespon sedikitpun dan meninggalkan aku di tempat dimana ayah
memanggilku tadi. Terdiam diri kumembisu di ruang tamu mendambakan pertemuan
dengan bunda, hingga akhirnya ku terbaring pingsan tiada sebab dan begitu
tiba-tiba saat ku menggenggam lukisanku bersama ibu.hingga lukisan itu jatuh
dari tanganku, dan mengundang ayah untuk menghampiriku yang sedang lemas tak
sadarkan diri.
Rahasiaku yang tertata
rapi dalam hati terbongkar dengan sendirinya ketika aku pingsan tiada sebab, Hingga
akhirnya ayah membawaku kerumah sakit. Dengan kondisi yang tak mempunyai harapan lebih ini membuat
ayah semakin menjerit dalam tangisnya, penyakit yang di kenal dengan nama
kanker ini sudah mencapai stadium akhir dalam tubuhku.
“kenapa sayang, kamu tidak pernah cerita
pada ayah tentang penyakit kamu? “Tanya ayah dengan linangan air matanya.
“ Maafin tasya ayah, bukannya aku pengin
ngecewain ayah tapi aku hanya tidak ingin mengganggu ayah saja.” Ucapku pada
ayah.
Beberapa hari aku berdiam diri di rumah
sakit pada saat itu juga ayah membawa roy tepat pada hari di mana aku ultah
yang ke-17 tahun, dengan membawa kue special dan sebuah cincin yang telah ter ukir
nama roy di cincin itu, ucapnya pada ku happy birthday ya tasya semoga harapan
mu selama ini akan menjadi nyata.
“ Roy boleh kah aku meminta satu hal
terakhir pada mu?”
“ Maksud kamu apa sya?” ujarnya.
“ Sudah lah itu tidak penting aku mohon
bawa aku ke danau di mana kita kita bertemu dahulu.”
“ Baiklaah sya, sekarang aku akan membawa
kamu k danau itu”
Tanpa berfikir panjang roy membawaku ke
danau itu, yang memang jaraknya tak terlalu jauh dari dari rumah sakit di mana
aku di rawat. Saat tiba di tempat itu roy mengatakan sesuatu yang mampu membuat
hatiku menangis tanpa sebab, menjerit dan tak dapat ku tahan saat roy
mengatakan “aku mencintaimu tasya”
Roy membawaku kembali kerumah sakit, dan
saat itu aku merasa sudah tak kuat lagi menahan rasa sakit dan harus memaksakan
diri untuk berkata.
“ Maafkan aku jika membuatmu kehilangan
satu titik cahaya dalam hidupmu, namun aku akan selalu hidup dihatimu dan
menemani hari-harimu untuk selamanya, izinkanlah aku untuk menemui bunda dan
hidup bersamanya untuk selamanya”
Hembusan nafas
terakhirku tertiup saat berada di samping ayah dan roy, yang membuat air mata
mereka mengalir deras saat berpisah denganku, kini tiada lagi cerita tentang
hidupku kecuali hanya sebuah kenangan indah yang tak akan pernah hilang dari
kehidupan mereka.
By:
4Y4’ Lad!ez star
5pecial
DJ Moza ieva