KETIKA
TAKDIR BERSYA’IR
Hari
ini adalah hari yang istimewa. Hari jum’at yang disebut hari terbaik,
benar-benar sempurna. Suara bising kendaraan berlalu lalang, sesekali mendengar
klakson mobil yang menyapa. Hari ini adalah hari yang dinantikan oleh semua
siswa SMA, karena hari ini adalah hari pengumuman kelulusan siswa Sekolah
Menengah Atas.
Perjuanganku
terjawab sudah, tidak sia-sia perjuanganku hingga belasan tahun mengayun pena
di bangku sekolah, karena aku lulus dengan nilai terbaik Di SMAN 1 Modung
mengalahkan sainganku. Setelah agak jenuh memandang papan pengumuman, aku pergi
menemui kekasihku, aku baru ingat kalau aku mau mondok ke Surabaya.
“Nazril…!” panggil Rina saat aku mau menghampirinya.
“ Rin, Ada sesuatu yang harus aku
bicarakan padamu. Ini tentang hubungan kita setelah hari ini dan seterusnya.”
Aku mencoba untuk menjelaskan.
“Maksud kakak apa? Jangan bilang kalau
kakak ingin ninggalin Rina!” Tanya Rina, khawatir.
“ Rin, kamu benar. Kakak akan ninggalin
Rina, tapi itu hanya sementara saja. Karna kakak besok pagi harus berangkat
kesurabaya untuk menuntut ilmu di pondok pesantren” jelasku pada Rina, walau
aku tahu ia tidak akan kuasa dengan kejadian ini. Airmatanyapun menggenang di pipinya.
Mungkin dia ingat waktu bersamaku. Karena
hampir setiap hari aku mengajari materi pembelajaran yang ia tidak mengerti.
Aku tahu dia sangat mencintaiku, aku takut ia kesepian tanpa diriku.
“ Ril, aku tak bisa jika harus tanpa
dirimu di sisiku, aku harap kita akan selalu bersama” Lirih Rina dalam tangis
di pelukanku.
Setelah itu aku antar Rina pulang seperti
biasa. Namun aku merasa telah mengiris hatinya, karna waktu dia membonceng di
belakangku isak tangisnya masih kudengar. Sesampai Di Rumahnya aku berpamitan
untuk yang sekian kalinya. “ Jadilah lebih mandiri walau tanpa kakak”.
Setelah
aku pulang dari rumah Rina, aku bergegas untuk beres-beres dan menyiapkan bekal
untuk besok, semua baju dan sarung telah aku masukkan dalam tas besarku. Keesokan
harinya ternyata hujan lebat membuat si Raja siang tersimpu malu menampakkan
wajahnya, sesekali kilat menyambar menerangi jagat raya namun itu hanya
sebentar. Aku di antar oleh keluarga besarku yang berangkat di tengah hujan
yang merana.
Hujan
lebat yang mengguyur mulai tadi subuh membuat suasana indah bagi pecinta
asmara, beda halnya dengan diri ini yang merasa kesepian tanpa Rina di
sampingku. Perlahan hujan mulai reda,
pelangipun ikut merasakan kebahagiaan dengan berhentinya hujan. Tapi itu tidak
seindah ketika aku bersama Rina. Setelah perjalanan yang panjang akhirnya kita
sampai di ponpes yang penuh dengan kesederhanaan.
Beberapa
hari kemudian aku mulai sekolah madrasah dan kuliah di Surabaya. Fakultas yang
aku pilih bukan sembarangan, sehingga membuat aku harus berfikir berkali-kali
supaya waktuku tidak terbuang sia-sia. Tanpa aku sadari aku lupa tidak
menghubungi Rina yang selalu merindu diantara embun di sore hari. Tanpa terasa
6 bulan aku lalui tanpa masalah. 3 hari lagi santri pulang kerumahnya
masing-masing. Aku berniat untuk menemui Rina di Taman SMAN 1 Modung pada hari
minggu nanti.
Aku
sekarang ada di rumah, perjalanan yang cukup melelahkan membuat tubuhku lemas
dan letih. Sehingga aku tertidur pulas. Tanpa terasa adzan shubuh berkumandang
di surau sana. Aku bergegas mengambil wudhu’ dan melaksanakan solat shubuh
bersama keluargaku. Setelah raja siang mengintip di ufuk timur aku mencoba
untuk menghubungi Rina berkali-kali, tapi tidak ada jawaban darinya. Sehingga
aku putuskan untuk pergi kerumahnya.
Aku
pergi kerumah Rina, namun hasilnya Nihil. Aku mencoba untuk mengunjungi rumah sahabatku
yang kebetulan tidak jauh dari rumahnya Rina. Setelah aku sampai aku langsung
bertanya tentang Rina. “ wan, Apa yang terjadi sama Rina, apa mungkin ia sudah
punya cowok yang lain?”. Ridwan hanya tersenyum. “ boy, kamu salah menilai dia,
dia itu orangnya setia dia selalu
menunggu kabar darimu, tapi kenapa kamu tidak pernah hubungi dia?”
“ apakah, yang kamu katakan itu benar? Ya sudah, aku mau minta maaf sama Rina. Aku yakin dia ada di suatu tempat yang
memadukan cinta kita” Gegasku berangkat.
Setelah
sampai di Taman SMAN 1 Modung, aku melihat Rina duduk manis di Ayunan kayu yang
pernah aku buat dulu. “ Rina, maafin kakak yac, karna selama ini kakak terlalu
sibuk dengan sekolah kakak, sehingga lupa untuk menghubungi Rina”. Sapaku
memohon di depannya.
“ Hm, aku mengerti kok kak! Keadaan
seakan-akan memisahkan kita. Namun aku percaya sama hati ini dan segenggam
kepercayaan yang aku berikan pada kakak, tidak akan kakak sia-siakan” jawab
Rina pelan, sehingga aku larut dalam haru.
“ kakak merasa menjadi orang yang paling
beruntung telah mendapat segenggam kepercayaan dari wanita sepertimu de’..!, tidak mungkin kakak menyia-nyiakannya”.
Hari-hari
berjalan dengan sejuta kepastian rahmat Ilahi robby. Aku bahagia karna
segenggam kepercayaan itu bersemi menjadi taman bahagia kami dalam mengarungi
bahtera cinta sejati. “TERIMAKASIH RINA”.
“Cinta
tak selamanya menjadi arah kepercayaan.
Namun,
Kepercayaan menjadi jalan menuju arah
Cinta yang sejati”.
(Mr. Adriands Mhr)
By:
Syaifullah Nazril B-07 n Crew DN
SESSYAILZ
GROUP