Adat
istiadat di Jepang mengharuskan seesorang makan sambil duduk sembari
menggunakan sumpit. Sumpit sendiri berasal dari daratan China dan para era Nara
(710-794) menggunakan sepasang sumpit sudah mulai diikuti oleh penduduk negeri
samurai ini.
Aturan
makan di barat juga mengharuskan seseorang duduk ketika makan tetapi dengan
menggunakan garpu, pisau dan sendok. Tapi satu pengecualian, ketika menyantap
roti, mereka tetap menggunakan tangan. Di restauran-restauran ala perancis,
roti ditempatkan secara sederhana diatas tatakan kemudian diambil dengan
menggunakan tangan dan disantap sedemikian rupa sehingga serpihan-serpihan roti
jatuh bertebaran, yang untuk orang Jepang hal-hal seperti itu tidak familiar
di kalangan mereka.
Sandwich,
hot dog, hamburger dan semacamnya memang hanya cocok disantap dengan
menggunakan tangan. Sebagai perbandingan, makanan Jepang pada umumnya
tidak dapat disantap dengan menggunakan tangan, walaupun itu berupa nasi
sebagai makanan pokok mereka.
Kecuali
untuk makanan seperti bola-bola nasi (onigiri) yang memang diperuntukkan untuk
konsumsi luar rumah dan juga makanan-makanan kecil yang biasanya dijual di
toko-toko yang terbuka sampai larut malam.
Makan
dengan menggunakan tangan, dan yang lebih jauh lagi, berjalan ketika makan
sudah merupakan suatu kebiasaan yang harus dihindari karena orang-orang yang melanggarnya akan
terkena status kurang baik di kalangan masyarakat Jepang. Meskipun pada
akhirnya akibat pengaruh luar yang terus mendera Jepang, makan sambil
berjalan sudah sangat mudah dijumpai dimana-mana, khususnya bagi kaum muda
mereka.[1]
***
Tata
cara makan orang Jepang, orang dari belahan bumi bagian barat dan orang-orang
dari timur ternyata tidak terlalu jauh berbeda. Makan sambil duduk, sepertinya
suatu tatanan yang terasa lebih sopan dan dilakukan oleh bangsa manapun juga.
Dulu
waktu masih berada di Sudan, kebiasaan inipun sangat terasa, tentunya karena
latar belakang Sudan itu sendiri sebagai negara Islam apalagi Sudan adalah
bertetangga langsung dari Saudi Arabia sebagai tempat lahirnya Rasulullah SAW.
Apalagi
di Indonesia yang mayoritas penduduknya beraga Islam, makan dengan tangan dan
tidak jalan saat makan sudah menjadi kebiasaan sekaligus ibadah yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, meskipun hampir sama dengan Jepang, dan negara
lain yang telah terwarnai dengan pengaruh-pengaruh barat, hal seperti itu
sedikit demi sedikit mulai terkikis, apalagi bagi generasi-generasi perkotaan.
Saya
tertarik meninjau kembali kebiasaan-kebiasaan orang Jepang yang menurut
sebagian besar orang-orang yang pernah ke negeri ini, kehidupan mereka
jauh lebih islami dibandingkan penganut islam itu sendiri. Mulai dari
kebersihan, amanah, semangat kerja, keuletan, sampai pada cara makan ini. Saya
mencoba membaca buku 100 pertanyaan untuk Jepang, yang telah lama terbeli tapi
tak pernah habis membacanya. Disana ternyata banyak kebiasaan-kebiasaan orang
Jepang yang islami menurut pandangan saya. Suatu yang menggelitik pikiran saya
untuk mencari tahu sejarah perkembangan Jepang dengan islam itu sendiri.
Tentunya pembahasan yang memerlukan literatur-literatur yang banyak dan waktu
yang tidak sedikit. Apakah nabi-nabi telah pernah diturunkan Allah di
negeri yang boleh dibilang sangat sedikit bersentuhan dengan islam ini. Dengan
keyakinan bahwa Allah menurunkan nabi-nabi untuk tiap ummat sudah jelas dalam
al-Qur'an. Ah..saya bukan ahli sejarah tapi suatu bahasan yang menarik untuk
ditelusuri. Semoga PR ini tidak terlupakan.
Yang
ada dalam pikiran saya sekarang, kemungkinan sebelum pengaruh china dengan
sumpitnya, cara makan orang Jepang sama dengan orang-orang muslim, dengan tangan.
Tapi pengaruh luar yang begitu besarnya sehingga dapat mengubah sesuatu yang
tadinya mereka jalankan.
Bukan
tidak mungkin, Indonesia untuk beberapa puluh tahun kedepan, cara-cara makan
yang dicontohkan oleh Rasulullah ini tidak lagi menjadi sesuatu yang baik untuk
diikuti. Bukankah sekarang begitu mudahnya kita menjumpai orang yang makan dan
minum sambil berjalan, dan orang yang makan dengan memakai sendok dan garpu.
Sedikit demi sedikit kita akan meninggalkan kebiasaan yang diberkahi ini, tanpa
sadar. Padahal sungguh Rasulullah adalah teladan yang paling baik, terlepas
apakah itu nantinya akan terbukti dengan terkuaknya ilmu pengetahuan mengenai
manfaat makan dengan tangan ini, seperti sudah sering kita baca mengenai adanya
enzim-enzim yang terkandung di telapak tangan yang dapat membantu dalam proses
mencerna makanan itu sendiri.
Sungguh
pengetahuan manusia itu sangat terbatas, tetapi ilmu Allah meliputi segala
sesuatu. Dialah yang paling tahu apa yang terbaik untuk ciptaannya, kita,
manusia.
***