Posting Lengkap

Senin, 09 Januari 2017

Saat Terakhir ( CERPEN MADING DEMANGAN NEWS EDISI 42)


Kulihat matahari mulai memancarkan cahayanya dari ufuk timur, hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah, sesampainya di sekolah aku bersama Guru bahasa, masuk ke dalam kelas dan memeperkelalkan diriku pada teman-teman yang ada di kelas.
“Khemh… perkenalkan nama saya Farhan Maulana Ishak…” ucapku penuh grogi
“Kalian boleh memanggil saya Farhan, saya pindahan dari SMA Ma’arif Bangkalan, dan saya harap kalian bisa menerima saya sebagai murid baru di kelas ini?” tuturku panjang lebar
Setelah aku memperkenalkan diri, aku langsung mencari tempat duduk dan pelajaranpun dimulai, saya duduk disamping gadis yang nampak pendiam dan tidak menoleh-noleh termasuk padaku.
Waktu terus berputar, sepulang sekolah aku menunggu kendaraan di depan gerbang sekolah, setelah beberapa menit bus pun datang. Sesampainya di rumah aku beristirahat dalam kamar. Ke esokan harinya saat aku sedang terburu-buru masuk ke dalam kelas dengan tidak sengaja aku menabrakkan bahuku pada seseorang, setelah aku melihat gadis tersebut ternyata dia gadis yang duduk sebangku denganku.
“Mmm... maaf aku tidak sengaja?” lirihku pada gadis itu
“Iya nggak apa-apa ini salahku“ kata gadis itu sambil menoleh padaku dan aku pun mengulurkan tanganku seraya mengajaknya kenalan.
“Oh iya kenalin aku Farhan” ucapku sambil tersenyum
“Azkia !” kata gadis itu menerima uluran tanganku
“Oh iya, kamu murid baru yang duduk sebangku denganku itu kan..?” tanya dia padaku.
Aku pun hanya menganggukkan kepala sebagai isyarat iya.
Tiba-tiba bel berbunyi, aku dan Azkia yang biasa di panggil Aaz, masuk kelas selama di dalam kelas aku sering bertanya-tanya tentang pelajaran sama Aaz, sehingga aku dan Aaz kelihatan begitu sangat akrab. Sepulang sekolah aku melihat Aaz sendirian, dia sedang menunggu kendaraan di depan gerbang. Terik matahari siang itu sangat panas sekali, aku pun merasa iba melihat Aaz kepanasan. “Kebetulan hari ini aku membawa kendaraan sendiri, lebih baik aku menghampirinya dan mengajak dia pulang bersama !” gumamku dalam hati
“Aaz, lagi ngapain di sini..?” tanyaku sebelum mengajak dia pulang
“Lagi nungguin Bus, mau pulang..!” jawabnya datar
“mungkin busnya masih lama yang mau datang, kalau gak keberatan kamu mau gak aku anterin pulang..? pintaku meyakinkan dia
“Gak usah Farhan, sebentar lagi busnya juga datang kok !” jawab Aaz sepontan menolak ajakanku
“Memangnya kamu betah ya panas-panasan disini..?” tanyaku lagi
“Enggak sih, tapi mau gimana lagi” ucapnya sayu
“Iya udah kalau begitu ikut aku aja yuk, nanti kamu bisa pulang ke siangan” ajakku memaksa
“Ia udah deh, aku mau di anterin pulang, aku nggak betah disini panas banget” sembari menghampiriku. Betapa bahagianya hatiku saat aku dapat berduaan di atas sepeda bersama Aaz, dengan penuh bahagia aku mengantarnya pulang hingga sampailah dirumahnya, Aaz menawarkan aku untuk masuk kedalam untuk mampir kerumahnya, tapi aku menolaknya karena aku malu pada orang tuanya.
“Masuk dulu Farhan, nanti aku bikinin minuman..” ajaknya sambil menawarkan minuman
“Gak usah repot-repot aku langsung pulang aja ya Az?” tolakku malu yang mau mampir ke rumahnya
“Oh iya udah, terikasih ya Farhan udah mau ngantarin aku pulang, kalau ada waktu jangan lupa main kesini !” tuturnya seraya tersenyum menyejukkan hati
“Iya Insak Allah Az kalau ada waktu kosong, aku pulang dulu ya..! Assalamualaikum..? lirihku langsung pergi dari hadapannya
“Walaikumsalam..!” dia pun menjawab sebelum aku jauh dari hadapannya.
Siang berganti malam, entah kenapa aku selalu teringat pada Aaz, mungkinkah aku punya perasaan sama dia, tapi nggak mungkin sedangkan aku dan Aaz baru saja kenal. Tapi kenapa aku merasa perkanalan ini sudah sengat lama. Begitupun dengan Aaz, dia merasa sudah tidak asing lagi denganku.
Aku lihati jam dinding sudah 24.00. Wib. Malam pun sudah terasa, sepi hati yang bimbang kian menjadi-jadi, aku bergegas untuk tidur agar bisa bangun sebelum subuh. Sebenarnya mataku masih ingin terpejam, tapi aku paksakan kaki untuk melangkah ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan Sholat shubuh.
            Pagi pun sudah tiba, dan aku bergegas untuk berangkat sekolah, hari ini aku harus berpenampilan rapi dan sedikit berbeda di depan Aaz, karena sepulang sekolah nanti aku ingin mengajak dia jalan-jalan, matahari pun sudah tinggi aku cepat-cepat bergegas berangkat menuju ke sekolah. Sesampai di sekolah aku melihat Aaz sudah berada di dalam kelas, aku pun menghampirinya dan mengajaknya ngobrol sebelum bel masuk berbunyi.
Dengan kecepatan waktu yang berlaju begitu pelan tapi pasti, sepulang sekolah aku menghampiri Aas dan mengajaknya jalan-jalan menikmati keindahan panorama Alam.
“Aaz, hari ini kamu sibuk gak..?” tanyaku tersipu malu
“Enggak, memangnya kenapa Han..?” ucap Aaz sepontan menimbulkan tanda tanya.
“Kalau gak sibuk hari ini aku mau ngajak kamu jalan-jalan, kamu mau gak..?” aku tersipu malu mengucapkannya.
“Insyak Allah bisa Han !” semabri seraya dia tersenyum
Aku dan Aaz menghabiskan waktu seharian, senyumnya yang tak akan aku lupakan menambah ketentraman jiwa, setelah merasa lelah aku bergegas mengantarnya pulang. Setelah sampai di depan rumahnya aku mengambil boneka yang ada di kantong bajuku dan aku berikan kepada Aaz sebagai kenang-kenangan dariku.
“Maksudnya apa ini Han..?” tanya Aaz tentang boneka yang berbentuk love itu. Aku hanya tersenyum melihat Aaz.
“Kok kamu cuman senyum sih Han, maksudnya ini apa..?” tannya Aaz yang semakin penasaran
“Maksudnya, aku ingin kamu jadi pacarku?” dengan tegas aku tembak dia.
Aas hanya menunduk mendengarnya.
“Sebenarnya aku tak berani mengungkapkan perasaanku padamu, tapi aku melihat cintaku hidup di hatimu hingga aku paksakan untuk ungkapkan apa yang ada di dalam hati ini sama kamu..?” jelasku panjang lebar dengan kesungguhan hatiku. Aaz pun menganggukkan kepalanya sebagai isyarat bahwa dia menerima cintaku.
Sungguh hari ini aku merasa hidup dalam mimpi, mungkin hari ini tidak ada orang yang sebahagia aku dengan kebahagiaan yang aku alami saat ini. Aku tidak dapat mengaplikasikannya dengan puisi atau pun dangan ilusi, aku hanya bisa merasakannya dengan hati.
Ke esokan harinya aku berangkat sekolah lebih dulu sambil menunggu Aasz di depan gerbang. Aku melihat Aaz turun dari Bus lalu aku memanggilnya sambil melambaikan tanganku.
“Aaz..? teriakku lantang, lalu dia menoleh ke arahku dan membalas panggilanku.
“Farhan..? seraya sambil berjalan ke arahku.
Namun tanpa aku sangka-sangka, buruuk… truk itu menabrak Aas, dia terlempar kepinggir dengan jarak yang cukup jauh. Aku langsung berlari dengan diiringi tetesan air mata yang berjatuhan, berusaha menghampirinya yang jauh dari pandangan mataku. Kondisinya sangat parah, kepalanya banyak mengeluarkan darah. Dia sudah tidak tersadarkan diri dan aku langsung membawanya ke rumah sakit.
Sungguh tiada henti-hentinya aku menangis didepan ruang ICU, setelah beberapa menit kemudian Dokter pun keluar dan berkata.
“Maaf saya sudah berusaha sekuat tenaga, namun sayang pasien tidak bisa tertolong lagi” jelas Dokter yang telah berusaha menyelamatkan nyawa Aaz.
“Innalillahi Wainna Ilaihi Rojiun” sungguh aku tidak kuasa menerima semua ini, kebagaiaan yang aku rasakan semuanya impas dengan kesedihan yang tiada henti. Kini aku sendiri lagi bayangnya tinggal kenangan melukis mimpi.

By: Sumtin Vs Lizza

      Tanah Merah

Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :