Kulihat
matahari mulai memancarkan cahayanya dari ufuk timur, hari ini adalah hari
pertama aku masuk sekolah, sesampainya di sekolah aku bersama Guru bahasa,
masuk ke dalam kelas dan memeperkelalkan diriku pada teman-teman yang ada di kelas.
“Khemh…
perkenalkan nama saya Farhan Maulana Ishak…” ucapku penuh grogi
“Kalian boleh
memanggil saya Farhan, saya pindahan dari SMA Ma’arif Bangkalan, dan saya harap
kalian bisa menerima saya sebagai murid baru di kelas ini?” tuturku panjang
lebar
Setelah
aku memperkenalkan diri, aku langsung mencari tempat duduk dan pelajaranpun dimulai,
saya duduk disamping gadis yang nampak pendiam dan tidak menoleh-noleh termasuk
padaku.
Waktu
terus berputar, sepulang sekolah aku menunggu kendaraan di depan gerbang sekolah,
setelah beberapa menit bus pun datang. Sesampainya di rumah aku beristirahat
dalam kamar. Ke esokan harinya saat aku sedang terburu-buru masuk ke dalam
kelas dengan tidak sengaja aku menabrakkan bahuku pada seseorang, setelah aku melihat
gadis tersebut ternyata dia gadis yang duduk sebangku denganku.
“Mmm... maaf aku
tidak sengaja?” lirihku pada gadis itu
“Iya nggak apa-apa
ini salahku“ kata gadis itu sambil menoleh padaku dan aku pun mengulurkan tanganku
seraya mengajaknya kenalan.
“Oh iya kenalin
aku Farhan” ucapku sambil tersenyum
“Azkia !” kata
gadis itu menerima uluran tanganku
“Oh iya, kamu
murid baru yang duduk sebangku denganku itu kan..?” tanya dia padaku.
Aku pun hanya
menganggukkan kepala sebagai isyarat iya.
Tiba-tiba
bel berbunyi, aku dan Azkia yang biasa di panggil Aaz, masuk kelas selama di
dalam kelas aku sering bertanya-tanya tentang pelajaran sama Aaz, sehingga aku
dan Aaz kelihatan begitu sangat akrab. Sepulang sekolah aku melihat Aaz
sendirian, dia sedang menunggu kendaraan di depan gerbang. Terik matahari siang
itu sangat panas sekali, aku pun merasa iba melihat Aaz kepanasan. “Kebetulan hari
ini aku membawa kendaraan sendiri, lebih baik aku menghampirinya dan mengajak
dia pulang bersama !” gumamku dalam hati
“Aaz, lagi
ngapain di sini..?” tanyaku sebelum mengajak dia pulang
“Lagi nungguin Bus,
mau pulang..!” jawabnya datar
“mungkin busnya masih
lama yang mau datang, kalau gak keberatan kamu mau gak aku anterin pulang..?
pintaku meyakinkan dia
“Gak usah Farhan,
sebentar lagi busnya juga datang kok !” jawab Aaz sepontan menolak ajakanku
“Memangnya kamu
betah ya panas-panasan disini..?” tanyaku lagi
“Enggak sih, tapi
mau gimana lagi” ucapnya sayu
“Iya udah kalau
begitu ikut aku aja yuk, nanti kamu bisa pulang ke siangan” ajakku memaksa
“Ia udah deh, aku
mau di anterin pulang, aku nggak betah disini panas banget” sembari
menghampiriku. Betapa bahagianya hatiku saat aku dapat berduaan di atas sepeda
bersama Aaz, dengan penuh bahagia aku mengantarnya pulang hingga sampailah
dirumahnya, Aaz menawarkan aku untuk masuk kedalam untuk mampir kerumahnya,
tapi aku menolaknya karena aku malu pada orang tuanya.
“Masuk dulu
Farhan, nanti aku bikinin minuman..” ajaknya sambil menawarkan minuman
“Gak usah
repot-repot aku langsung pulang aja ya Az?” tolakku malu yang mau mampir ke rumahnya
“Oh iya udah,
terikasih ya Farhan udah mau ngantarin aku pulang, kalau ada waktu jangan lupa
main kesini !” tuturnya seraya tersenyum menyejukkan hati
“Iya Insak Allah
Az kalau ada waktu kosong, aku pulang dulu ya..! Assalamualaikum..? lirihku
langsung pergi dari hadapannya
“Walaikumsalam..!”
dia pun menjawab sebelum aku jauh dari hadapannya.
Siang
berganti malam, entah kenapa aku selalu teringat pada Aaz, mungkinkah aku punya
perasaan sama dia, tapi nggak mungkin sedangkan aku dan Aaz baru saja kenal.
Tapi kenapa aku merasa perkanalan ini sudah sengat lama. Begitupun dengan Aaz,
dia merasa sudah tidak asing lagi denganku.
Aku
lihati jam dinding sudah 24.00. Wib. Malam pun sudah terasa, sepi hati yang
bimbang kian menjadi-jadi, aku bergegas untuk tidur agar bisa bangun sebelum
subuh. Sebenarnya mataku masih ingin terpejam, tapi aku paksakan kaki untuk
melangkah ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melaksanakan Sholat shubuh.
Pagi
pun sudah tiba, dan aku bergegas untuk berangkat sekolah, hari ini aku harus
berpenampilan rapi dan sedikit berbeda di depan Aaz, karena sepulang sekolah nanti
aku ingin mengajak dia jalan-jalan, matahari pun sudah tinggi aku cepat-cepat bergegas
berangkat menuju ke sekolah. Sesampai di sekolah aku melihat Aaz sudah berada
di dalam kelas, aku pun menghampirinya dan mengajaknya ngobrol sebelum bel
masuk berbunyi.
Dengan
kecepatan waktu yang berlaju begitu pelan tapi pasti, sepulang sekolah aku
menghampiri Aas dan mengajaknya jalan-jalan menikmati keindahan panorama Alam.
“Aaz, hari ini
kamu sibuk gak..?” tanyaku tersipu malu
“Enggak, memangnya
kenapa Han..?” ucap Aaz sepontan menimbulkan tanda tanya.
“Kalau gak sibuk
hari ini aku mau ngajak kamu jalan-jalan, kamu mau gak..?” aku tersipu malu mengucapkannya.
“Insyak Allah bisa
Han !” semabri seraya dia tersenyum
Aku
dan Aaz menghabiskan waktu seharian, senyumnya yang tak akan aku lupakan
menambah ketentraman jiwa, setelah merasa lelah aku bergegas mengantarnya
pulang. Setelah sampai di depan rumahnya aku mengambil boneka yang ada di
kantong bajuku dan aku berikan kepada Aaz sebagai kenang-kenangan dariku.
“Maksudnya apa
ini Han..?” tanya Aaz tentang boneka yang berbentuk love itu. Aku hanya
tersenyum melihat Aaz.
“Kok kamu cuman
senyum sih Han, maksudnya ini apa..?” tannya Aaz yang semakin penasaran
“Maksudnya, aku
ingin kamu jadi pacarku?” dengan tegas aku tembak dia.
Aas hanya
menunduk mendengarnya.
“Sebenarnya aku
tak berani mengungkapkan perasaanku padamu, tapi aku melihat cintaku hidup di
hatimu hingga aku paksakan untuk ungkapkan apa yang ada di dalam hati ini sama kamu..?”
jelasku panjang lebar dengan kesungguhan hatiku. Aaz pun menganggukkan
kepalanya sebagai isyarat bahwa dia menerima cintaku.
Sungguh
hari ini aku merasa hidup dalam mimpi, mungkin hari ini tidak ada orang yang
sebahagia aku dengan kebahagiaan yang aku alami saat ini. Aku tidak dapat mengaplikasikannya
dengan puisi atau pun dangan ilusi, aku hanya bisa merasakannya dengan hati.
Ke esokan
harinya aku berangkat sekolah lebih dulu sambil menunggu Aasz di depan gerbang.
Aku melihat Aaz turun dari Bus lalu aku memanggilnya sambil melambaikan tanganku.
“Aaz..? teriakku
lantang, lalu dia menoleh ke arahku dan membalas panggilanku.
“Farhan..? seraya
sambil berjalan ke arahku.
Namun
tanpa aku sangka-sangka, buruuk… truk itu menabrak Aas, dia terlempar kepinggir
dengan jarak yang cukup jauh. Aku langsung berlari dengan diiringi tetesan air
mata yang berjatuhan, berusaha menghampirinya yang jauh dari pandangan mataku.
Kondisinya sangat parah, kepalanya banyak mengeluarkan darah. Dia sudah tidak
tersadarkan diri dan aku langsung membawanya ke rumah sakit.
Sungguh
tiada henti-hentinya aku menangis didepan ruang ICU, setelah beberapa menit
kemudian Dokter pun keluar dan berkata.
“Maaf saya sudah
berusaha sekuat tenaga, namun sayang pasien tidak bisa tertolong lagi” jelas
Dokter yang telah berusaha menyelamatkan nyawa Aaz.
“Innalillahi
Wainna Ilaihi Rojiun” sungguh aku tidak kuasa menerima semua ini, kebagaiaan
yang aku rasakan semuanya impas dengan kesedihan yang tiada henti. Kini aku
sendiri lagi bayangnya tinggal kenangan melukis mimpi.
By: Sumtin Vs
Lizza
Tanah Merah