Posting Lengkap

Selasa, 03 Januari 2017

Demoralisasi (Kotoran Peradaban Bangsa (ARTKEL DEMANGAN NEWS EDISI 1)


Beberapa tahun belakangan banyak sekali masalah-masalah yang muncul di negara kita, mulai dari korupsi, human trafficking, perampokan, teroris, mutilasi, pemerkosaan, narkoba, pengangguran, kemiskinan dan lain sebagainya. Jika boleh dikatakan inilah ruang dimana pancasila dibangkrutkan oleh ulah para pemimpin, generasi muda dan nyaris seluruh lapisan masyarakat yang mengalami “demam” demoralisasi. Ini adalah peristiwa yang mengerikan, yang sepatutnya menjadi perhatian khusus semua kalangan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, demoralisasi memiliki artian kemerosotan akhlak, kerusakan moral. Dilihat dari arti katanya saja, sudah cukup memprihatinkan bukan? Akhlak dan moral adalah dasar manusia bertindak, dan apa yang terjadi jika itu tidak dipertahankan? kurang lebih seperti keadaan bangsa kita sekarang ini. Kehebohan terjadi di mana-mana, berita buruk yang selalu muncul di berita televisi, Koran maupun radio. Sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang secara implisit maupun eksplisit merupakan wujud dari spiritualitas kebangsaan  kita, seakan seperti dihianati oleh bangsa kita sendiri, padahal sudah jelas Sila pertama adalah payung keseragaman umat Indonesia.Yang menyatukan seluruh perbedaan dalam satu integritas. Namun yang terjadi adalah kebodohan, saling caplok-mencaplok antar individu, golongan, kelompok maupun antar bendera dan antar seragam. Hal tersebut terjadi akibat dampak dari gempuran globalisasi, konstruksi global yang kuat, perilaku amoral yang di impor dari luar bangsa Indonesia serta pasifnya budaya local.
Peristiwa semacam ini akan terus terjadi dan sulit dikendalikan, seakan kehadirannya seperti jamur di musim hujan yang terus beranak-pinak setiap harinya. Permasalahan bangsa kita sudah terlalu kompleks, perlu dilakukan perubahan dan perbaikan secara serentak dan menyeluruh, bila memang ingin benar-benar menyembuhkan bangsa ini dari bahaya laten demoralisasi, mengingat perilaku demoralisasi tidak hanya menimpa negarawan golongan tua, tetapi juga golongan muda, serta seluruh lapisan masyarakat tua, muda, dari golongan atas hingga bawah. Dan pada akhirnya jika masalah serius ini hanya dibiarkan begitu saja kita akan tiba pada waktunya dimana system ketatanegaraan kita berada dipersimpangan jalan, dimana para negarawan labil telah memfasilitasi kebangkrutan pancasila dan spiritual kebangsaan.
Banyak produk-produk politik hasil dari demokrasi transaksional yang tidak berpihak pada rakyat. Kemudian kita tidak bisa menahan laju demoralisasi, dan ternyata ada yang salah dengan keimanan para negarawan kita, mereka tidak memiliki kearifan yang sebagaimana diharapkan pancasila. Kemudian, konstruksi global yang kuat yang beraroma life style, sebut saja alat komunikasi yang semakin canggih mampu menembus dinding rumah-rumah orang tua yang memiliki anak. Alat komunikasi yang canggih seakan menegaskan misi kebudayaan global yang siap menggempur budaya bangsa kita yang memiliki etik.
Melemahnya Control Social masyarakat akibat benturan realitas pola hidup masyarakat yang  bergeser, sikap hidup masyarakat yang konsumtif dan individualis mampu menciptakan jarak social. Perilaku demoralisasi pada generasi muda tidak dapat dicegah bersamaan dengan lajunya globalisasi. Sebetulnya globalisasi itu sendiri merupakan fitrah kebudayaan dalam memenuhi kebutuhan umat manusia, namun yang terjadi pada generasi muda saat ini adalah keparadoks-an.Yang mana alat komunikasi yang canggih seharusnya dijadikan alat komunikasi antarpersonal justru mengalami disfungsi, sehingga banyak sekali dimuat dan ditampilkan pada berita para pemakai alat komunikasi labil (remaja) mempromosikan dirinya sendiri (menjual diri) maupun teman-temannya melalui jejaring social media, dan bertransaksi melalui sms, telfon, maupun media lain.
Kemudian kendaraan yang seharusnya menghubungkan tempat satu dengan tempat lain juga disalah gunakan. Kecanggihan-kecanggilah teknologi tidak digunakan dengan semestinya, justru mengarah pada hedonism. Adanya modernisasi dalam budaya menggoncang jati diri para remaja yang tidak siap dengan perubahan, mereka tidak mengimbanginya dengan moral yang kuat, sehingga demoralisasi secara masal menimpa para remaja Indonesia. Krisis etika yang terjadi pada generasi muda menjadi cikal bakal perilaku-perilaku menyimpang. Mempertebal keimanan dan ketaqwaan mampu menjauhkan diri dari demoralisasi, mata hati akan menjadi lebih terbuka sehingga mampu memahami mana yang baik dan benar, serta senantiasa bertindak mengarah pada hal positif.
Peran keluarga, sekolah serta komunitas remaja sebenarnya adalah ruang yang tepat untuk penanaman nilai, sosialisasi yang baik mampu mengisi otak para remaja dengan hal-hal yang positif, menjaukan dari perilaku amoral. Masyarakat juga harus menghidupkan kembali kearifan local sebagai control social, yang perlu diingat adalah bahwa budaya tidak pernah stagnan, dia senantiasa tumbuh dinamis seiring perkembangan jaman, hari ini berondongan budaya asing dan gempuran pasar global lebih ekspansif dibanding control social bangsa kita, maka kita semua seluruh lapisan masyarakat wajib kiranya menghidupkan kembali kearifan local sebagai penyeimbang. Tentunya kita tidak mau bukan bangsa kita dicederai keindonesiaannya gara-gara kotoran peradaban bangsa yang kusebut “demoralisasi” di atas.

By: Farizul El-kharomi / Red

Unknown

About Unknown

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :