Roger
Hadden adalah seorang dokter gigi berasal dari Dungannon, Irlandia Utara. Ia
membuka praktek dokter giginya di Inggris. Namun, ia telah lama tinggal di
Skotlandia. Hadden dibesarkan dari keluarga Kristen, dan ia adalah telah
memutuskan menjadi Kristen sejak lahir. Meskipun dibesarkan dengan ajaran
Alkitab, namun ia tidak terlalu mengikuti prinsip-prinsip yang diajarkan.
Hadden
layaknya pemuda Inggris kebanyakan, sangat suka bersenang-senang tanpa mengenal
batas. Ketika remaja ia mengaku tidak menjalankan agama apa pun, termasuk
Kristen. “Saya selalu percaya bahwa Tuhan itu ada,” ujarnya. Ia meyakini alam semesta ada penciptanya dan manusia tidak bisa
menciptakan dirinya sendiri. Ketika terus berusaha berpikir tentang Tuhan dari
waktu ke waktu, Hadden selalu terganjal dalam keyakinannya.
Ketika
melanjutkan studi ke jenjang Universitas, ia bertemu banyak Muslim. Pada saat
itu ia dan teman-teman Muslimnya terus bergulat dalam diskusi yang membahas
tentang keyakinan. Hadden sangat menikmati diskusi-diskusi tersebut. Seiring dengan
berjalannya waktu, Hadden ingin bersikeras memperdalam keagamaannya dan
keyakinan Kristennya.
Ketika
memasuki tahun terakhir kuliahnya di universitas, Roger Hadden membuat rencana
untuk mereformasi keyakinannya dan menjadi seperti orang tuanya dulu; Kristen
taat. Dan ia memutuskan untuk memulai memahami bacaan Alkitab. Ia memulainya
dengan memantapkan konsep Trinitas, yang selalu mengganggu pikirannya. Karena
pada waktu itu pemahaman agama Kristennya masih awam, kadang ia cukup bingung
untuk berdoa. “Apakah doa saya akan ditujukan kepada Tuhan Bapa atau Yesus,”
ujarnya.
Hadden
kemudian berbicara dengan beberapa pemuka agama Kristen, untuk mendapatkan
penjelasan akan konsep Tritunggal. Namun, tak satu pun dari mereka yang dapat
meyakinkan dirinya.
Ia
kemudian memutuskan untuk terus membaca dan memahami Alkitab, dengan mencari
kebenaran di dalamnya. “Masalah Trinitas membingungkan saya. Karena mengapa
semua Nabi dalam Perjanjian Lama berdoa kepada Tuhan dan melakukan tindakan
benar berharap pengampunan Tuhan? Dan tidak ada yang berdoa kepada Yesus?”
gusarnya. Bahkan tidak disebutkan kata “Trinitas” dalam Perjanjian Lama, dan
sebagian pemuka Kristen bahkan berpendapat tidak ada dalam Perjanjian Baru.
Hadden tahu, Tuhan tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang, jadi pasti
ada yang salah dengan ini.
Hadden
kemudian berbicara dengan teman-temannya di Universitas. Beberapa mereka
beragama Sikh, Katolik, Ateis, dan beberapa juga ada yang Muslim. Keingintahuan
telah merubah hidup Hadden sepenuhnya, dan ia menemukan jawaban dari sahabat
Muslimnya.
Dalam
Islam diperintahkan menyembah satu Tuhan, yang tidak memiliki mitra atau
partner dengan-Nya. “Saya sangat tertarik dengan konsep ini,” kata
Hadden. Namun, Hadden terus membaca Alkitab dan membandingkan sumber-sumber
Kristen dengan Alquran dan buku-buku Islam. Ia menemukan bahwa Muslim percaya
Tuhan mengirim pesan kepada umat manusia melalui para nabi yang berbeda sejak
Adam, manusia pertama. Dan semua nabi itu hanya percaya pada satu Tuhan, Allah
SWT. Dan Muslim juga percaya bahwa akan ada hari perhitungan di akhir dunia
nanti, ketika semua orang akan dibangkitkan dan dihakimi. “Saya menyadari
bahwa inilah yang saya percaya. Dan apa saya pikir, seperti inilah Alkitab
berkata pada saya,” kata dia. Hadden kemudian mendiskusikan hal-hal
tersebut dengan kedua orang tuanya, namun mereka tidak terlalu terkesan.
Beberapa
bulan memperoleh karunia dan hidayah Allah, Hadden memantapkan hati untuk
menjadi seorang Muslim. Ia pun memutuskan memeluk Islam. Ia meyakini
keputusannya ini adalah langkah yang tepat. “Alhamdulillah, terima kasih
Allah,” ujarnya. Hadden kini mencoba menjadi Muslim sejati dan berusaha
membantu orang lain. Hari-harinya di isi dengan ibadah, shalat lima waktu dan
tadarus (membaca) Alquran. Teman-teman Hadden di universitas sempat terkejut
dengan perubahannya, terutama sejawatnya di kedokteran gigi.
Orang
tua Hadden pun marah besar, mereka percaya sang anak sudah dicuci otaknya. Ia
ingat ketika pertama kali memberi tahu orang tuanya bahwa ia memilih menjadi
seorang Muslim, mereka tidak terlalu terkesan. Kedua orang tuanya mengatakan
langkah Hadden itu adalah “tindakan yang dibenci agama”. Namun, itu
tidak menyurutkan langkah sang dokter gigi untuk menjadi pengikut Rasulullah.
Beberapa bulan kemudian ia memutuskan bersyahadat.
Walaupun
sejak masuk universitas Hadden selalu berjauhan dengan orang tuanya, tetapi ia
terus mencoba untuk mengunjungi mereka. Kini, ia merasa hubungan dengan orang
tuanya telah membaik. Sebab, berlaku baik kepada mereka (orang tua) adalah
perintah Allah dalam Alquran. “Saat ini saya bekerja sebagai dokter gigi di
Inggris. Dan telah menikah dengan seorang wanita Muslimah setahun yang lalu.
Dan berkat karunia Allah, kami dianugerahi seorang anak bernama Ismael,”
tuturnya.