Posting Lengkap

Kamis, 17 Januari 2019

Rakyat Rindu Pemimpin Ideal (cakrawala Madimg Demangan News Edisi 42)




Pada 9 April 2014 rakyat Indonesia akan mengadakan pemilihan legislatif (pileg). Tujuannya, memilih para wakil rakyat (pemimpin) yang akan duduk di kursi DPR, baik pusat maupun daerah. Dengan segala pertimbangan, tentu, rakyat telah memberikan hak politik dan mempercayakan amanah kepemimpinan kepada para pemimpin generasi 2014. Sebab di tangan kekuasaan merekalah rakyat menggantungkan asa dan cita-cita.
Memang, suatu negara bisa  menjadi negara maju bergantung pada para pemimpinnya. Jika para pemimpinnya berjiwa korup dan bermental busuk, maka negara tersebut akan menghadapi ketidakpastian, “Bangkit” tidak, “Maju” apalagi. Sebaliknya, apabila para pemimpinnya berjiwa non-korup dan bermoral, rakyatnya akan merasakan kesejahteraan dan kedamaian hidup. Contohnya, Denmark dan Finlandia.
Sekarang lihatlah Indonesia!!, Indonesia merupakan negara terkaya di Asia Tenggara bahkan di dunia. Kekayaan SDA Indonesia yang melimpah ruah tak dapat ditandingi oleh negara manapun. Selain itu, Indonesia memiliki kuantitas SDM yang berkualitas, baik secara intelektual maupun spiritual. Sebenarnya, kedua sumber daya itu berpotensi untuk memajukan negara. Sayangnya, satu hal yang belum dimiliki negara berlambang Garuda ini adalah para pemimpin yang mampu mengkolaborasikan SDA dan SDM dalam memajukan negara. Yang ada saat ini adalah mereka menjarah aset negara dengan jalan korupsi wa akhwatuha. Terbukti sejak 2004-2013 KPK telah menangani 65 wakil rakyat (anggota DPR) yang terlibat korupsi. Dan, tidak heran ketika masyarakat Asia Tenggara menyebut anggota DPR RI paling jago korupsi.
Lagi-lagi, SDM tidak mendapat tempat di hatinya. Mereka hanya memprioritaskan kepentingan pribadi, keluarga, dan koleganya daripada kepentingan rakyat bersama. Akibatnya, rakyat harus rela menelan pil pahit kehidupan: kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Oleh karena itu, untuk menyongsong kemajuan negara di masa depan, minimalnya tahun 2014-2019, diperlukan para pemimpin berkualitas dan berintegritas. Para pemimpin berkualitas adalah mereka cerdas secara intelektual, spiritual, dan moral. Dengan ungkapan lain, mereka memiliki label “Amanah, Shidik, Fathanah, dan Tablig”. Sudah dipastikan para pemimpin berlabel “ASFATA” akan memenej negara dengan ilmu berpayung moralitas dan spiritualitas. Juga, mereka tidak memilih kepentingan pribadinya semata (egois), tetapi lebih memilih kepentingan rakyat dengan mengoptimalkan segala potensi yang ada. Disadari atau tidak, jika egoisme bercokol dalam jiwa para pemimpin, maka orientasi kepemimpinannya adalah hidup materialis dan hedonis.
Bahaya sekali manakala hidup materialis dan hedonis para pemimpin sudah menjadi nomor wahid,  kesejahteraan kolektif yang diamanatkan UUD 1945 pasal 34 ayat 2 pasca amandemen, “Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan” hanya menjadi retorika belaka. Selanjutnya, pemimpin ideal adalah pemimpin berintegritas. Mereka memiliki track record yang bagus dan bersih, tidak pernah melakukan korupsi, tidak pernah membela dan melindungi “para tikus berdasi nan apati”, berani, komitmen, dan konsisten memberantas korupsi dan pelakunya, serta tidak menempatkan dirinya di bawah kepentingan ekonomi (finansial) dan politik (kekuasaan).
Diakui atau tidak, pemimpin berkulitas dan berintegritas akan mencintai dan dicintai rakyat. Menarik untuk mencermati hadis Nabi yang diriwayatkan Muslim, Nabi bersabda: “Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untukmu. Seburuk-buruk pemimpinmu adalah mereka yang kamu benci dan mereka membencimu, kamu laknati mereka dan mereka melaknati kamu”. Hadis di atas menegaskan bahwa para pemimpin yang ideal adalah mereka yang memiliki hubungan baik dengan rakyat. Mereka selalu berpikir untuk kesejahteraan rakyat, bangsa, dan negaranya tidak untuk kesejahteraan pribadi dan koleganya. Terkait dengan pemimpin yang egois, Nabi bersabda: “Siapa yang  memimpin, sedangkan ia tidak memerhatikan urusan kaum Muslim, tidaklah ia termasuk dalam golongan mereka” (HR. al-Bukhari).
Pemimpin yang mencintai dan dicintai rakyat mengindikasikan bahwa pemimpin tetaplah pelayan bagi rakyat. Menjadi pelayan rakyat bukan berarti martabatnya ternodai atau terinjak-injak, tetapi menjadi sebuah kekuatan dalam mengkonstruksi aneka sendi kehidupan seperti ekonomi, politik, hukum, pendidikan dsb. Sehingga terdapat sinergitas dan solidaritas antara pemimpin dan rakyat dalam menyongsong kemajuan negara. Bersama asa dan optimis, di tahun politik 2014 rakyat rindu pemimpin ideal. Sekali lagi, pemimpin yang memenej masyarakat dan bangsa untuk memajukan negara bukan untuk korupsi,si,si.
The last I say, apabila para pemimpin generasi 2014 tetap saja berjiwa korup dan bermental busuk, rakyat harus kembali puas menetap di “Negara Koruptor”. Pada akhirnya, kemajuan negara hanya ada dalam imajinasi.
 Oleh: el_Rofie (Aktivis BEM STAIS)


Shofiy Ad

About Shofiy Ad

Author Description here.. Nulla sagittis convallis. Curabitur consequat. Quisque metus enim, venenatis fermentum, mollis in, porta et, nibh. Duis vulputate elit in elit. Mauris dictum libero id justo.

Subscribe to this Blog via Email :