Diantara sunnah Rasulullah SAW. adalah makan dengan menggunakan tangan kanannya. Beliau memakan makanannya dengan tiga jari, lalu menjilati ketiga jari tersebut sebelum membersihkannya. Dan bila ada satu suap makanan terjatuh dari tangan Rasul, beliau tidak akan meninggalkan makanan tersebut, melainkan mengambilnya dari tanah, lalu membersihkannya dan memakannya. Hal tersebut diatas sesuai tertuang dalam sabda Rasulullah “Jika satu suap makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambillah, lalu bersihkan kotorannya, jangan biarkan untuk setan. Jangan membersihkan tangannya dengan sapu tangan, namun jilatlah jari-jarinya karena dia tidak mengetahui bagian mana dari makanannya yang mengandung keberkahan”. (HR Muslim).
Ketika
pertama kali membayangkan cara makan dengan menggunakan tiga jari itu, mungkin
kita akan merasa bahwa hal itu tidak mungkin kita lakukan apalagi jika harus
menjilatnya. Sebagian orang yang bergaya hidup mewah tidak suka menjilat
jari-jarinya karena menurutnya, dia merasa jijik dengan perbuatan tersebut.
Padahal jika kita telah mencobanya sekali saja, lalu kita benar-benar
melakukannya dengan seksama, kita akan terkagum-kagum dan merasa bingung dengan
apa yang kita lakukan.
Rasulullah
selalu makan menggunakan tiga jari, karena saat itu tidak menemukan hal lain
selain jari yang dapat dipastikan bersih sehingga dapat dipergunakan untuk
makan. Kemudian Rasulullah menjilat jari-jari karena menurutnya kita tidak tahu
di bagian mana dari makanan kita yang mengandung berkah. Dengan demikian makan
dengan tiga jari dan menjilatnya merupakan upaya mengikuti sunnah Rasul dan
bernilai ibadah.
Tetapi
apakah tidak boleh dengan Empat atau Lima jari? Sebenarnya tidak
harus menggunakan tiga jari saja. Makan menggunakan lebih dari tiga jari
diperbolehkan jika makanan itu mengandung kuah atau sejenisnya yang tidak mungkin
dimakan dengan tiga jari.
Lalu
apa hikmah dari makan menggunakan jari tangan? Imam Al-Ghazali,
dalam kitab Ihya’ Ulumiddin-nya, menjelaskan, “Aktifitas makan itu dapat
dilihat dari 4 sisi, yaitu makan dengan menggunakan satu jari dapat
menghindarkan seseorang dari sifat marah, dengan dua jari akan menghindarkan
dari sifat sombong, makan dengan tiga jari akan menghindarkan dari sifat lupa
dan makan dengan menggunakan empat atau lima jari dapat menghindarkan dari
sifat rakus”. kemudian mengapa Rasulullah menggunakan tiga jari?
sesungguhnya makan menggunakan tiga jari akan membuat setiap orang dapat
mengukur porsi makanan yang cocok bagi dirinya. Ia juga dapat menjadikan setiap
suap yang masuk ke dalam mulut dapat dikunyah dan bercampur dengan air liur
dengan baik sehingga kita tidak akan mengalami gangguan pencernaan.
Fakta
berikutnya, makan dengan menggunakan tangan
ternyata bisa lebih sehat daripada makan dengan sendok. Mengapa bisa demikian?
Hal ini dikarenakan pada tangan kita terdapat sebuah enzim, yakni enzim Rnase yang
dapat menurunkan aktivitas bakteri-bakteri patogen yang ada pada tangan kita
ketika kita makan. Enzim Rnase adalah enzim yang dapat mendepolarisasi RNA
(asam nukleat). Sehingga ketika kita menyuap makanan dengan tangan, bakteri
yang terdapat pada makanan dapat terikat oleh enzim Rnase yang dihasilkan di
tangan kita. Tapi tentunya dengan catatan, tangan kita sudah dicuci terlebih
dahulu dengan sabun hingga bersih dan higienis.
Enzim
Rnase terutama dihasilkan oleh tiga jari tangan kita (ibu jari, telunjuk, dan
jari tengah). Dengan makan menggunakan tiga jari tersebut, seperti yang
diajarkan oleh Rasulullah bakteri yang terdapat pada makanan yang masuk ke
dalam sistem pencernaan akan diikat oleh enzim tersebut. RNA, terutama mRNA
merupakan materi genetik yang mengkode suatu protein. Enzim Rnase mendepolarisasi
RNA mikroorganisme sehingga mikroorganisme dapat terhambat aktivitasnya.
Sehingga bukan saja bakteri, tetapi juga virus, terutama virus RNA di mana RNA
merupakan pertahanan pertamanya, dapat dihalau untuk berbuat hal-hal yang bisa
merugikan tubuh kita.
Bagaimana
dengan sendok? Setelah banyak beraktivitas menggunakan tangan, mungkin kita berpikir
bahwa sendok merupakan pilihan yang baik untuk menyuap makanan. Akan tetapi,
sendok yang digunakan harus benar-benar dalam keadaan higienis. Perlu diingat
bahwa udara dengan kondisi kelembaban tertentu dapat menjadi kondisi optimum
untuk pertumbuhan bakteri dan uap air dapat menjadi medium perpindahan bakteri
dari udara ke suatu benda (sendok misalnya). Bakteri-bakteri tersebut bisa
datang dari mana saja, bahkan bisa jadi dari tubuh orang-orang yang ada di
ruangan tersebut sebelum kita. Dan tidak menutup kemungkinan sendok yang kita
gunakan untuk makan sudah “ditempati” oleh bakteri- bakteri yang ada di ruangan
tersebut. Apalagi jika sendok tersebut tidak dicuci dengan bersih, seperti yang
biasa tersajikan di rumah-rumah makan, bukannya higienis bisa jadi malah
“memupuk” bakteri yang tinggal di sendok itu. Dan pada sendok tentunya tidak
terdpat enzim Rnase seperti pada tangan.
Nah,
ternyata Allah telah memberikan alat makan yang paling sempurna untuk kita,
yakni tangan kita sendiri. Dan Rasulullah telah menjadi contoh serta teladan
bagi kita umat muslim untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh
kita. Menggunakan sendok untuk makan juga sah-sah saja asalkan diperhatikan
juga kebersihannya. Sekarang kembali pada diri kita sendiri, bagaimana cara
makan yang baik sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh Rasulullah.