Posting Lengkap

Tampilkan postingan dengan label berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label berita. Tampilkan semua postingan

Minggu, 13 Januari 2019

PPSMCH Tambah Plat Nama "Pendidikan Diniyah Formal Al-Ma’arif"




Bangkalan – Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil menambah plat nama Pendidikan Diniyah Formal (PDF) Al-Ma’arif didepan Madrasah Diniyah Salafiyah Al-Ma’arif. Sebelumnya, plat nama PDF belum terletak di tempat itu walau sudah berjalan lebih dari dua tahun yang lalu.
Penambahan plat nama ini merupakan inisiatif dari Ust. Moh. Thuba kepada ketua LATANSA (Lajnah Tanmiyatul Maharat Al-Islamiyah) dan kemudian dipasrahkan kepada team dekorasi untuk memperbaikinya. Dalam waktu 5 hari mulai dari malam kamis (9/11) pengerjaan pemasangan plat nama ini telah berlangsung dan mulai rampung pada hari senin dini hari.
Tujuan ditambahnya plat nama ini agar tidak lagi ada anggapan bahwa di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil ini  tidak ada pendidikan diniyah formalnya. Sekaligus untuk ajang promosi bagi para tamu agar mereka mengetahui bahwa PDF sudah dibelajarkan di pondok ini.
“Agar para tamu dan juga para alumni bisa tahu bahwa di Pondok ini sudah ada PDF nya”. Tutur Faqih salah satu anggota dekorasi yang melakukan pengerjaan penambahan plat nama ini.
Proses pengerjaan ini dimulai dari malam kamis setelah musyawarah sekitar pukul 10.00 WIB hingga sekitar pukul 00.30 WIB disetiap malamnya. Pengerjaannya dilakukan dengan cara mencabut semua plat nama yang sebelumnya sudah tertempel disana agar dapat disesuaikan dengan tambahan tulisan 4 kata ‘Pendidikan Diniyah Formal Al-Ma’arif’. Setelah semuanya dibongkar barulah kemudian dipasang lagi semua plat nama program-program yang ada di Pondok Pesantren Syaichona Moh. Cholil ini. Kemudian setelah itu barulah kemudian pekerjaan ini di tashih oleh Ust. Muh. Thuba tentang ketepatannya.
“Hal ini sangat bagus sekali mengingat banyak orang diluar sana yang berpendapat bahwa di Pondok kita ini mereka mengira sudah tidak ada lagi pendidikan formalnya. Padahal sebenarnya bukan tidak ada, hanya saja diganti dengan PDF”. Tanggapan Ust. Karror Guru Al-Miftah saat ditanyakan tentang hal ini.
Shofiy Ad

Tokoh Legenda Silat ini Meninggal Dalam Usia 110 Tahun (Figur Mading Demangan News Edisi 79)



 


Pencak silat merupakan olah raga bela diri tradisional Indonesia, yang selain terkenal di dalam negeri juga sudah menyebar ke mancanegara. Tak heran jika bela diri ini melahirkan nama-nama besar, yang diakui sebagai pendekar.
Eme Suganda atau biasa disapa Abah Eme adalah salah satunya. Bagi mereka yang pernah belajar pencak silat di Jawa Barat atau khususnya di Kabupaten Garut, pasti pernah menjadi murid Abah Eme. Tak mengherankan, karena Eme sudah menggeluti silat sejak 1942.
Kini, Sang Legenda itu telah berpulang dalam usia 110 tahun. "Telah berpulang, Abah Eme (110 thn), guru pencaksilat di ma'had Darul Arqam Garut, hari ini Rabu 10 agustus jam 20.20," ujar sebuah pesan yang beredar viral di media sosial.
Eme selama ini dikenal sebagai guru pencak silat Tapak Suci di ma'had Darul Arqam, Garut. Meski keahlian dan dedikasinyanya di pencak silat tak ada yang meragukan, namun dia menolak disebut sebagai "jago" atau "pendekar". Eme sudah cukup puas jika disebut sebagai orang yang "bisa" silat.
Seusai berguru pencak silat selama bertahun-tahun, Eme menghabiskan waktunya untuk mengajar silat dari pesantren ke pesantren. Hal ini dilakoninya sejak 1978. Semua dilakukan sambil terus memperdalam ilmu dan keahlian silatnya.
Melihat dedikasi Abah Eme yang tinggi terhadap ilmu silat, wajar saja kalau beragam penghargaan sudah diraihnya. Termasuk deretan piala yang dipajang di ruang tamu rumahnya. Kepopuleran silat Eme ternyata tak hanya bergaung di Garut. Beberapa muridnya tercatat berasal dari Kanada, Belanda serta beberapa negara di kawasan Asia Tenggara